Hepatitis B dan HIV Nggak Sama, Ini 4 Perbedaannya
Sebagian orang sering keliru dan menganggap penyakit hepatitis B dan HIV sama. Faktanya, kedua penyakit tesebut berbeda.
Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit berbahaya yang menyerang organ hati.
Penyebaran virus hepatitis B sangat cepat, teruutama bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah seperti penderita HIV.
Penyakit hepatitis B dan HIV memiliki jalur penularan yang hampir sama, namun sangat jelas bahwa kedua penyakit ini memiliki perbedaan.
Berikut adalah perbedaannya:
Perbedaan hepatitis B dan HIV perbedaan hepatitis B dan HIV dapat di lihat dari 4 faktor, yaitu penyebab, gejala, resiko tertular, dan juga perbedaan diagnosis.
Merangkum beberapa sumber dan pendapat ahli, berikut adalah perbedaan hepatitis B dan HIV yang perlu untuk diketahui.
- Perbedaan Penyebab
Kepala kelompok Staf Medis Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Infeksi Nasional RSPI Sulianti Saroso, Dr. dr. H. Iman Firmansyah, SH, MH Sp. PD, KPTI, FINASIM, CMC, CCD, menjelaskan mengenai perbedaan penyakit hepatitis B dan HIV, di mana fokus perbedaan utamanya ada pada jenis virusnya.
“Virus hepatitis B sama virus HIV tentu beda jenis, beda spesies, walaupun sama-sama blood borne viruses yaitu virus yang ditularkan melalui darah, tetapi sesungguhnya beda,” kata Iman, saat berbincang di Live Podcast Youtube Kementrian Kesehatan.
Penyebab hepatitis B adalah virus hepatitis B (HBV) yang menginfeksi organ hati. HBV bisa muncul menjadi penyakit jangka pendek (akut) atau jangka panjang (kronis).
Sedangkan, HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh Infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel T CD4+, sejenis sel darah putih yang penting untuk melawan infeksi.
Penghancuran sel-sel ini dapat membuat orang dengan HIV rentan terhadap infeksi dan komplikasi.
- Perbedaan Gejala
Selain memiliki perbedaan penyebab, perbedaan hepatitis B dan HIV dapat terlihat melalui gejala-gejalanya.
Dikutip dari National Institutes of Health, beberapa orang juga bisa menunjukkan gejala hepatitis B segera setelah terinfeksi, seperti:
- Kehilangan selera makan
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Demam
- Sakit perut
- Urine berwara gelap
- Feses yang berwarna gelap seperti tanah liat
- Nyeri sendo
- Penyakit kuning, atau menguningnya kulit dibagian putih mata
Namun, kebanyakan orang dengan hepatitis B kronis tidak menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun.
Hal ini perlu diwaspadai, dan perlu melakukan tes untuk mengetahui seseorang terkena hepatitis B atau tidak.
Berbeda denga gejala hepatitis B, penyakit HIV akan memunculkan gejala dalam 3 tahap, dimana gejala tahap pertama lah yang hampir mirip dengan gejala hepatitis B.
Gejala HIV kerap dimiripkan dengan penyakit virus lainnya seperti flu dan lainnya. Gejala tersebut biasanya bertahan satu hingga dua minggu dan kemudian hilang. Inilah tanda-tanda awal HIV:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar bening
- Ruam merah yang tidak gatal, dan biasanya mucul dibadan
- Demam
- Bisul atau luka dimulut, kerongkongan, anus, atau juga alat kelamin
Jika Anda mengalami gejala seperti ini dan mungkin pernah melakukan kontak dengan penyakit HIV dalam dua hingga enam minggu terakhir, Anda dihimbau untuk segera melakukan tes HIV
- Perbedaan Resiko Tertular
Dokter Iman menjelaskan jika terdapat perbedaan penularan hepatitis B dengan HIV berdasarkan suatu penilitian yang fokus meniliti virus melalui jarum suntik (needle stick injury).
“Hepatitis B punya risiko 30-40 persen. Artinya, jarum suntik bekas hepatitis B jika tertusuk pada 100 orang maka 40-46 diantaranya akan positif tertular. Sedangkan HIV hanya 0,3 persen, dimana jika 1.000 orang yang tertusuk jarum suntik bekas HIV, maka hanya 3 orang yang positif terkena HIV,” ujarnya.
- Perbedaan Diagnosis
Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui tes serologis, yakni pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi. Pemeriksaan ini meliputi tes HBsAg, anti-HBs, dan anti-HBc. Jika hasil HBsAg positif, itu menandakan tubuh sedang terinfeksi virus hepatitis B.
Pemeriksaan HBsAg, anti-HBs, dan anti-HBc direkomendasikan bagi individu yang berisiko tertular hepatitis B untuk mengetahui status infeksinya—apakah mereka masih rentan, sudah kebal karena vaksinasi, atau tengah mengalami infeksi kronis. Sementara itu, menurut Mayo Clinic, diagnosis HIV dilakukan melalui tes darah atau air liur, seperti tes antigen (yang bisa mendeteksi infeksi dalam beberapa minggu setelah paparan), tes antibodi (yang biasanya memerlukan waktu 3 hingga 12 minggu), serta tes asam nukleat atau NAT yang mampu mendeteksi viral load secara lebih cepat pada tahap awal paparan.
- Persamaan Penularan Hepatitis B dan HIV
Baik virus hepatitis B dan juga HIV sama-sama merupakan virus yang menular dari penyebaran didalam darah dan cairan tubuh.
Setiap kali terjadi kontak langsung dengan darah penderita hepatitis B dan HIV, maka seseorang berisiko mengalami penularan.
Menurut Cleveland Clinic, cara penularan hepatitis B dapat terjadi ketika cairan dari tubuh orang yang terinfeksi masuk ketubuh orang yang tidak terinfeksi.
Penularan hepatitis B bisa terjadi lewat berbagai cara, seperti saat persalinan, hubungan seksual, kontak dengan luka terbuka, berbagi jarum suntik, sikat gigi, atau pisau cukur, serta tertusuk benda tajam yang terkontaminasi. Virus HBV bahkan dapat bertahan di permukaan benda selama tujuh hari, sehingga alat yang tidak disterilkan masih berisiko menularkan. Sementara itu, HIV memiliki pola penularan yang hampir serupa—yaitu melalui darah, air mani, cairan vagina, ASI, dan cairan dubur dari orang yang terinfeksi.
Virus hepatitis B dan HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama (terutama pada pengguna narkoba), transfusi darah, penularan dari ibu ke janin, serta melalui air susu ibu. Infeksi hepatitis B kronis cenderung berkembang lebih cepat menjadi sirosis atau kanker hati, terutama pada penderita yang juga terinfeksi HIV. Namun, keberadaan HBV tidak mempercepat perkembangan HIV itu sendiri. Oleh karena itu, memahami perbedaan antara hepatitis B dan HIV sangat penting agar kita bisa lebih waspada terhadap risiko penularannya. Mengingat mudahnya penyebaran kedua virus ini, langkah pencegahan seperti vaksinasi dan perubahan gaya hidup sehat perlu dilakukan sedini mungkin.