Apa Itu Emboli Paru? Kenali Ciri-Ciri dan Risikonya Sejak Dini
Pulmonary Embolism (PE) atau sering disebut emboli paru merupakan salah satu kondisi medis yang sangat serius dan harus segara ditangani.
Pulmonary Embolism (PE) adalah kondisi berbahaya saat gumpalan darah menyumbat arteri yang membawa darah dari jantung ke paru-paru. Aliran darah yang seharusnya membawa oksigen jadi terganggu dan dampaknya bisa fatal. Dalam banyak kasus, pasien bisa memiliki lebih dari satu bekuan, baik di satu atau kedua paru-paru.
Dikabarkan penyakit ini pernah dialami oleh salah satu bek naturalisasi tim nasional Indonesia yaitu, Jay Idzes, pada akhir tahun 2023. Jay Idzes didiagnosis mengalami pulmonary embolism yang sempat membuatnya absen membela klubnya, Venezia FC, selama beberapa bulan ditengah kompetisi Series B Italia. Meski kondisi tersebut cukup serius, Jay menunjukkan pemulihan yang cepat dan bahkan kembali bermain sebelum musim berakhir.
Diambil dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui dari Emboli Paru.
Penyebab
Sebagian besar emboli paru berawal dari deep vein thrombosis (DVT), yaitu penggumpalan darah yang terjadi dipembuluh darah dalam, terutama kaki, panggul, atau lengan karena tubuh terlalu lama tidak bergerak. Resiko meningkatnya ketika tubuh berada dalam pascaoperasi, atau terbaring akibat sakit berat. Ketika aliran darah melambat, peluang terbentuknya bekuan dari gumpalan darah pun membesar.
Dilansir dari Harvard Health Publishing, jika gumpalan lepas dan mengalir melalui jantung ke paru-paru, terjadilah emboli paru, yang kadang juga disebut tromboemboli. Kondisi ini mengganggu proses pertukaran gas di paru-paru, dimana darah seharusnya mendapat oksigen dan melepaskan karbon dioksida.
Namun, bukan hanya imobilitas saja. Faktor pemicu PE ini juga antara lain obesitas, kebiasaan merokok, penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi sulih hormon, serta kondisi medis seperti kanker, gagal jantung, hingga penyakit autoimun. Faktor genetik seperti tromfilia atau riwayat keluarga dengan DVT pun bisa menambah kerentanan untuk terkena penyakiti tersebut.
Data juga menunjukkan, satu dari tiga pasien riwayat DVT atau emnoli paru berisiko mengalami kekambuhan dalam satu dekade berikunya.
Gejala
Dikutip dari laman WebMD, tak jarang gejala emboli paru muncul samar. Sebagian hanya berupa napas pendek saat bergerak ringan seperti naik tangga atau rasa lelah yang tak biasanya. Namun, dalam situasi yang lebih parah, gejala bisa muncul tiba-tiba dan mengancam jiwa. Beberapa gejala umum diantaranya:
- Napas menjadi pendek dan cepat
- Dada terasa nyeri tajam saat menarik napas
- Keringat dingin
- Kaki bengkak, terutama betis
- Jantung berdetak cepat tak beraturan (palpitasi)
- Batuk berdarah
- Pingsan atau merasa hampir pingsan jika tekanan darah menurun drastis
- Bibir atau kuku membiru
- Rasa cemas yang berlebihan
- Demam ringan, lemas, dan pusing
Dalam beberapa kasus, seseorang bisa mengalami emboli paru tanpa menyadarinya karena gejalanya sangat ringan.
Terdapat 3 Tahap Emboli Paru
Meski sama-sama berbahaya, emboli paru tak selalu datang dengan cara yang sama. Menurut publikasi WebMD, kondisi ini dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan kecepatan dan perkembangan gejalanya. Yang paling umum adalah emboli paru akut, dimana gejalanya seperti sesak napas, nyeri dada, atau pingsan muncul secara mendadak. Kondisi ini kerap mendorong pasien langsung ke ruang gawat darurat karena memburuk dalam hitungan jam.
Jenis kedua adalah subakut, yang berkembang diam-diam selama dua hingga 12 minggu. Karena gejalanya tidak terlalu kentara, banyak pasien yang tidak menyadarinya samapi kondisinya cukup parah. Sedangkan yang ketiga adalah tahap kronis yang berjalan lebih lambat lagi. Gejala seperti napas yang semakin pendek dan mudah lelah bisa berujuk pada hipertensi paru dan akhirnya gagal jantung.
Adapun kondisi paling darurat yanng dikenal dengan saddle pulmonary embolism menjadi puncak dari spekturm gejala ini, yaitu ketika terdapat gumpalan besar menyumbat titik percabangan utama arteri paru ke kanan dan kiri. Jenis ini langka (kurnag dari 3% kasus) tapi sangat berisiko menyebabkan infrak paru atau kerusakan jaringan paru akibat kekurangan oksigen. Jika tidak segera ditangani, situasi tersebut bisa menyebabkan kematian jaringan paru hingga berujung pada kegagalan jantung.
Pemeriksaan Diagnosis
Dilansir dari Cleveland Clinic, mengidentifikasi emboli paru bisa cukup sulit karena gejalanya sering mirip pneumonia atau serangan jantung. Pemeriksaan dimulai dari hal sederhana seperti pulse oxiemtry untuk mengukur kadar oksigen dalam darah . Jika dicurigai, dokter akan melanjutkan denga tes darah untuk mengecek kadar D-dimer atau penanda biologis adanya pembekuan darah.
Pemeriksaan penunjang lain mencakup ultrasonografi kaki guna mendeteksi DVT, serta CT pulmonary angiography yang memindai arteri paru secara rinci. Dalam kasus khusus, tes seperti V/Q scan, pulmonary angiogram, hingga MRI digunakan, terutama pada pasien hamil yang memiliki gangguan ginjal.
Perawatan dan Pengobatan
Pengobatan emboli paru berfokus pada dau hal, yakni menghentikan pertumbuhan gumpalan dan mencegah pembentukan baru. Pengobatan yang umumnya dilakukan adalah dengan memberikan antikoagulan seperti apixaban, rivaroxaban, dabigatran, dan edoxaban, yang dikenal sebagai DOAC dengan bekerja menghambat protein pembentuk bekuan serta memberi waktu bagi tubuh untuk secara alami melarutkannya. Pada kasus tertentu, terutama bila pasien tak cocok dengan DOAC, pilihan lainnya adalah dengan warfain.
Pada kondisi yang lebih parah, seperti emboli masif, pasien bisa memerlukan tindakan lebih lanjut mulai dari thrombolysis hingga pembedahan langsung. Lalu dalam kondisi darurat seperti saddle embolism, pasien bisa diberi heparin lewat infus, trombolitik sebagai penghancur gumpalan, hingga prosedur pembedahan untuk mengangkat bekuan secara langsung.
Jika obat tidak memungkinkan, dokter bisa memasang filter di vena cava untuk mencegat gumpalan sebelum mencapai paru-paru. Setelahnya, pemantauan jangka panjang menjadi penting. Mayoritas pasien harus rutin kontrol dan menjalani terapi minimal 3–6 bulan, bahkan seumur hidup bagi yang berisiko tinggi mengalami kekambuhan.
Pencegahan
Dikutip dari laman NYU Langone, mencegah emboli paru berarti mencegah pembentukan DVT sejak awal. Langkah pencegahannya dapat dilakukan dengan sederhana, seperti:
- Menjalani gaya hidup sehat
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga berat badan
- Berhenti merokok
- Mengelola penyakit kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi
- Hindari duduk terlalu lama, terutama saat menempuh perjalan jauh, bangkit dan berjalan setiap satu hingga dua jam
- Gunakan stoking kompres bila dianjurkan dokter untuk menjaga aliran darah tetap lancar
Jika tak tertangani, emboli paru dapat berujung pada komplikasi serius seperti kematian jaringan paru (infrak paru), hipertensi paru yang membebani jantung, hingga syok dan berhenti napas mendadak. Adapun yang perlu diwaspadai dari emboli paru saat kehamilan yang turut menjadi penyebab utama kematian ibu di beberapa negara maju, terutama pada masa nifas. Resikonya meningkat bila ibu riwayat varises, obesitas, kehamilan kembar, atau menjalani operasi caesar.