Imun Belum Tentu Tahan, DBD Bisa Menyerang Lebih dari Sekali

Menurut dokter, seseorang yang pernah terinfeksi demam berdarah dengue (DBD) tidak otomatis menjadi kebal terhadap virus ini, bahkan justru berisiko mengalami infeksi yang lebih berat jika terpapar serotipe berbeda di kemudian hari.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat, Anggraini Alam, mengingatkan bahwa seseorang yang pernah terkena demam berdarah dengue (DBD) tidak otomatis kebal terhadap infeksi dengue di masa mendatang. “Riwayat pernah terjangkit virus dengue tidak serta-merta membuat seseorang kebal terhadap virusnya,” ujarnya.

Anggraini menegaskan bahwa dengue bukanlah penyakit ringan. Ia menjelaskan bahwa seseorang bisa terinfeksi virus dengue lebih dari satu kali, dan infeksi kedua justru berisiko lebih parah karena virus ini memiliki empat serotipe berbeda.

Agar terhindar dari infeksi dengue berulang, Anggraini menekankan pentingnya pengendalian vektor yang melibatkan peran aktif masyarakat. Ia juga menyoroti perlunya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam memberdayakan warga melalui program seperti 3M Plus dan gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J). “Selain itu, menjaga dan memperkuat sistem imun tubuh dengan langkah-langkah intervensi inovatif juga penting, karena kita tidak pernah tahu kapan dan di mana nyamuk pembawa virus bisa menggigit,” ujarnya.

Anggraini menyampaikan bahwa target ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030’ merupakan bagian dari komitmen global yang dicanangkan WHO dan telah diadopsi Indonesia lewat Strategi Nasional Penanggulangan Dengue. Ia menekankan bahwa untuk mencapai target tersebut, upaya pencegahan harus diperkuat secara serius, terutama melalui pengendalian vektor dan penggunaan metode inovatif seperti teknologi Wolbachia dan program vaksinasi.

Hari Dengue ASEAN (ASEAN Dengue Day/ADD) yang diperingati setiap 15 Juni menjadi momentum bersama negara-negara Asia Tenggara untuk memperkuat upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan kasus dengue. Meski kasus pertama di Indonesia tercatat sejak 1968, dengue masih menjadi tantangan kesehatan serius. Hingga 16 Mei 2025, Kementerian Kesehatan mencatat 56.269 kasus dengue yang tersebar di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, dengan 250 kasus kematian di 123 kabupaten/kota di 24 provinsi.

Dokter spesialis anak, Djatnika Setiabudi, yang turut menjadi pembicara dalam seminar ASEAN Dengue Day 2025 bertajuk “Strengthen the Role of Healthcare Workers: Together We Fight Dengue”, menekankan bahwa penggunaan vaksin bukanlah hal baru dalam dunia medis. Ia mengingatkan bahwa vaksin telah digunakan selama lebih dari dua abad, sejak pertama kali dikembangkan untuk melawan cacar pada tahun 1796—penyakit yang kala itu menelan banyak korban jiwa. Saat ini, imunisasi mampu mencegah 3,5 hingga 5 juta kematian setiap tahunnya akibat berbagai penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. “Meskipun vaksin tidak menjamin seseorang sepenuhnya kebal, vaksinasi berperan penting dalam menurunkan tingkat keparahan penyakit dan mencegah penularan lebih luas. Dengan divaksin, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi juga lingkungan sekitar,” jelasnya.

Dokter spesialis anak, Edi Hartoyo, menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara endemik dengue dengan jumlah kasus tertinggi di Asia, sehingga pencegahan menjadi langkah yang sangat krusial, terutama bagi kelompok usia yang rentan. Ia menjelaskan bahwa sejumlah penelitian menunjukkan infeksi dengue berat dipengaruhi berbagai faktor, termasuk usia, dengan anak-anak muda menjadi kelompok paling berisiko. Data Kementerian Kesehatan 2021–2023 menunjukkan sekitar 73 persen kasus terjadi pada usia 5–44 tahun, dan proporsi kematian tertinggi—yakni 49 persen—terjadi pada kelompok usia 5–14 tahun. Secara global, selama 30 tahun terakhir, anak-anak juga tercatat memiliki insiden dengue tertinggi, termasuk beban DALYs (tahun hidup yang hilang karena penyakit atau disabilitas) terbesar.

Edi juga menekankan bahwa Indonesia mencatat beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021. Untuk itu, ia mendorong penerapan langkah pencegahan yang komprehensif agar risiko dengue berat dan kematian bisa ditekan. Salah satu inovasi penting dalam pencegahan adalah vaksin dengue yang kini sudah tersedia dan bisa diakses masyarakat secara mandiri. Vaksin ini menjadi langkah pelindung strategis, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. “Agar perlindungan optimal tercapai, vaksinasi perlu dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang telah dianjurkan,” ujarnya.

ASEAN Dengue Day (ADD) merupakan peringatan regional yang pertama kali diluncurkan pada 15 Juni 2011, sebagai tindak lanjut dari kesepakatan dalam Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN ke-10 tahun 2010. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat kolaborasi antarnegara Asia Tenggara dalam menanggulangi dengue. Setiap tahunnya, negara-negara anggota ASEAN—termasuk Indonesia—menggelar berbagai kegiatan edukatif, kampanye publik, hingga kolaborasi lintas sektor baik di tingkat nasional maupun lokal, demi mendorong upaya pencegahan dengue yang berkelanjutan.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Guthnecht menambahkan kasus demam berdarah dengue bisa membuat hilangnya produktivitas masyarakat karena perawatan, baik dari pasien maupun anggota keluarga yang harus mendampingi. Dibalik data, ada cerita kehilangan orang-orang tercinta yang tidak tercatat dalam statistik. “Setiap kehilangan adalah tragedi yang sebenarnya dapat kita cegah. Yang kadang kita lupa, dengue bukanlah penyakit musiman, dia ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja terlepas dari dimana kita tinggal, usia dan gaya hidup kita. Untuk itu, kami memanfaatkan momentum Asean Dengue Day untuk terus mengingatkan bahwa dnegue masih mengancam dan mengintai kita setiap waktunya,” Andreas.

Andreas mengatakan perjuangan ini membutuhkan aksi kolektif. Penting agar masyarakat mulai dengan tiga langka penting: edukasi diri dan orang sekitar tentang pencegahan yang inovatif. “Bersama kita bisa melindungi lebih banyak nyawa dari ancaman virus dengue,” kata Andreas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *